Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menyatakan, cadangan minyak bumi Indonesia saat ini semakin menipis dan terisa bagi pemanfaatan selama 23 tahun.
“Cadang batu bara di Indonesia tersisa untuk 146 tahun, cadangan gas untuk 62 tahun dan cadangan minyak bumi untuk 23 tahun,” kata Rachmat pada Seminar dan Sarasehan Nasional bertema “Mencari Solusi untuk Bangsa” di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu [04/03].
Menurut dia, terkait rencana peningkatan penyediaan listrik 10.000 MW pertama yang direncanakan menggunakan bahan bakar batu bara akan mengurangi cadangan batu bara. Untuk itu, perlu dilakukan penghematan sumber daya energi fosil karena cepat atau lambat sumber ini akan habis.
“Pemanfaatan sumber energi fosil secara hemat dan bijak dan pengembangan sumber energi terbarukan merupakan langkah terbaik bagi penyediaan energi secara berkelanjutan,” kata Meneg LH Rachmat Witoelar.
Perlu penyediaan sumber energi alternatif, praktis, dan efektif yang memerlukan pemerataan hingga ke pelosok-pelosok. Kalau tidak, masyarakat akan mencari sendiri sumber energinya, contohnya memotong kayu di hutan. Ini akan menambah emisi CO2 ke udara dan meningkatkan efek rumah kaca.
Indonesia perlu mengembangkan elemen-elemen ketahanan energi untuk pembangunan nasional. Elemen-elemen itu antara lain ramah lingkungan hidup, berjalan secara berkelanjutan, akses yang merata hingga ke rakyat tingkat bawah dan terjangkau oleh masyarakat kelas bawah.
Namun Meneg LH Rachmat Witoelar mengatakan, Indonesia mengalami dilema dalam menyediakan sumber energi yang tidak bertentangan dengan ketahanan energi tersebut.
Ketahanan energi itu tidak selalu berjalan beriringan dan jika ingin menyediakan sumber energi yang terjangkau rakyat kelas bawah, maka seringkali sumber energi ini tidak ramah lingkungan. Apabila ingin menyediakan sumber energi yang ramah lingkungan, maka diperlukan investasi yang sangat besar.
Dari kenyataan tersebut maka dunia cepat atau lambat akan menggantungkan diri pada energi terbarukan antara lain panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin, bahkan tenaga arus laut.
Menurut Rachmat, tantangan terbesar penyediaan energi di Indonesia adalah menghasilkan penelitian dan pengembangan energi terbarukan yang dapat mencapai nilai perekonomiannya. Hal ini dapat direncanakan antara lima hingga 10 tahun ke depan, sebelum Indonesia mampu memanfaatkan potensi sumber energi terbarukan secara massal.
Pada seminar di kampus ITB, Meneg LH menawarkan solusi yang dilihat dari berbagai sektor pembangunan. Sektor-sektor ini antara lain sektor transportasi, sektor bangunan, sektor tata ruang, dan sektor industri.
Untuk mengurangi konsumsi energi perkapita, angkutan massal atau Mass Rapid Transportation (MRT) harus diperbanyak agar pengguna jalan beralih ke sana. Dari sektor bangunan, harus dikembangkan arsitektur hijau berkarbon rendah. Untuk sektor tata ruang, Indonesia harus mengikuti Tata Ruang Nasional dan harus terus mengembangkan wilayah ruang terbuka hijau.
Penghematan energi yang bisa dilakukan oleh sektor industri adalah dengan menerapkan 3R yaitu “reduce”, “reuse”, dan “recycle”,” kata Meneg LH Rachmat Witoelar. ( ant )
Sumber :
http://beritasore.com/2009/03/04/cadangan-minyak-bumi-indonesia-terisa-23-tahun/
Home» Energi» Energi Konvensional» Energi Minyak bumi» Cadangan Minyak Bumi Indonesia Tersisa 23 Tahun
Cadangan Minyak Bumi Indonesia Tersisa 23 Tahun
Blog, Updated at: 23.49
0 komentar:
Posting Komentar